Puasa dan Kejujuran
Oleh : Dr. Drs. H. Dalih Effendy, SH. MESy.
Berlebaran belum tentu beridul Fitri Kumandang alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil terus menggema di malam takbiran. Dengan diiringi suara beduk bertalu talu sangat nikmat direspon oleh qalbu karena adanya rasa bahagia. Orang nonmuslim pun sesungguhnya tidak ada yang merasa sakit telinganya ketika mendengar alunan takbir yang identik dengan suara adzan dari pengeras suara dari berbagai masjid, malah alunan taqbir di Kota Pontianak dibarengi dengan dentuman suara “Meriam Karbit” yang disulut disepanjang sungai Kapuas terasa lebih indah bukan hanya didengar tetapi ingin disaksikan dari dekat. Bertakbiran dengan diiringi keramain Meriam Karbit dalam suasana malam takbiran di berbagai kota di Kalimantan Barat merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang diperoleh setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Firman Allah swt, dalam al‐Qur’an Surat Albaqarah ayat 185 “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbiran) atas petunjuk‐Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: “Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”
Banyak orang setelah bertakbiran malam hari, paginya berdatangan ke masjid‐ masjid atau tanah lapang untuk melaksanakan shalat idul fitri. Shalat yang hanya ada satu tahun sekali pada setiap tanggal 1 Syawal ini banyak diikuti oleh umat Islam. Pesertanya bukan hanya mereka yang taat beribadah menjalani puasa Ramadhan, tetapi diikuti pula oleh mereka yang tidak berpuasa bahkan oleh mereka yang sering meninggalkan shalat alias “Islam KTP”. Pada hal kelompok mereka seperti ini meskipun datang ke tempat shalat idul fitri dengan pakaian serba baru malah duduknya di barisan (shaf) paling depan, sesungguhnya mereka itu bukan merayakan idul fitri melainkan hanya ikut berlebaran. Beridulfitri adalah perayaan yang diikuti oleh mereka yang telah bertobat selama menjalani ibadah puasa dan ibadah lainnya sepanjang bulan Ramadhan, dirinya yakin taobat (istigfarnya) diterima Allah swt, mereka kembali kepada kesucian (idul fitri) maka dirayakan dengan penuh suka cita di hari raya idul fitri.
Selengkapnya KLIK DISINI
Sumber Artikel Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung